Kumpulan Video, Gambar, Cerita yang unik, lucu, nyebelin, gokil, wagu dan lain-lain.
Sabtu, 29 November 2014
Wiro Sableng #24 : Penculik Mayat Hutan Roban
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Ketika perempuan tua pengurus jenazah memberitahu bahwa kain kafan siap untuk ditutupkan, Sri Surti Purwani meraung keras dan menubruk jenazah puterinya. Dipeluknya kuat-kuat seperti tak akan dilepaskan apapun yang terjadi.
Orang-orang perempuan yang ada di ruangan besar itu tak dapat menahan keharuan dan ikut mengucurkan air mata. Seorang lelaki bertubuh kurus, mengenakan blangkon coklat berbunga hitam dan baju lurik hitam bergaris kuning coklat, menyeruak di antara mereka yang hadir lalu memegang bahu Surti Purwani, berusaha menariknya seraya mengucapkan kata-kata membujuk.
"Sudah bune. Cukup..... Relakan anak kita pergi. Biar arwahnya tenang di alam baka..."
Setelah membujuk berulang kali dan menarik tubuh permpuan itu dengan susah payah, akhirnya lelaki tadi—Sumo Kabelan, suami Surti Purwani berhasil menjauhkan istrinya dari jenazah. Namun begitu terpisah perempuan ini langsung pingsan hingga terpaksa digotong ke kamar.
Sumo Kabelan Mengusap mukanya beberapa kali. Namun air mata tak kunjung terbendung. Sebelum kain kafan ditutup dia masih sempat mencium kedua pipi jenazah. Lalu dia tegak bersandar ke tiang besar ruangan dengan wajah yang ditutup dengan kedua tangan, menangis terisak-isak.
"Witri.... Witri... Malang nian nasibmu. Mengapa Gusti Allah datang menjemputmu d
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #24 : Penculik Mayat Hutan Roban Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Jumat, 28 November 2014
Mikhail dan Keluarga Simon
Dongeng Rakyat Rusia
Jaman dahulu kala di Rusia hidup pasangan suami-istri Simon dan Matrena.
Simon yang miskin ini adalah seorang pembuat sepatu. Meskipun hidupnya tidaklah berkecukupan, Simon adalah seorang yang mensyukuri hidupnya yang pas-pasan. Masih banyak orang lain yang hidup lebih miskin daripada Simon. Banyak orang-orang itu yang malah berhutang padanya. Kebanyakan berhutang ongkos pembuatan sepatu. Maklumlah, di Rusia sangat dingin sehingga kepemilikan sepatu dan mantel merupakan hal yang mutlak jika tidak mau mati kedinginan.
Suatu hari keluarga tersebut hendak membeli mantel baru karena mantel mereka sudah banyak yang berlubang-lubang. Uang simpanan mereka hanya 3 rubel (rubel = mata uang Rusia) padahal mantel baru yang paling murah harganya 5 rubel. Kata Matrena pada suaminya, "Simon, tagihlah hutang orang-orang yang tempo hari kita buatkan sepatu. Siapa tahu mereka kini punya uang."
Maka Simon pun berangkat pergi menagih hutang. Tapi sungguh sial, tak satu pun yang membayar. Hanya ada seorang janda yang memberinya 20 kopek (kopek uang
... baca selengkapnya di Mikhail dan Keluarga Simon Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Rabu, 26 November 2014
Berbagai Rintangan Menuju Sekolah
Dimana aku? Oh ya… Aku ingat sekarang, sedang tidur di atas kasur yang lembut. Kubuka jendela, angin dingin menusuk kulitku. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah di SMA.
Langsung cepat-cepat kusiapkan segala kebutuhanku. Setelah selesai, kulihat jam di dinding. Ternyata masih jam lima lewat dua puluh menit. “Bagus, nanti pasti aku duduk di depan”, gumamku. Kemudian aku berpamitan dengan kedua orangtuaku.
Ku tarik sepedaku, ku kayuh sekuat tenaga, agar bisa mencapai sekolah sebelum jam enam. Gubrak… Ada sebuah gerobak yang ditabrak oleh sepeda motor. Kulihat tidak terjadi apa-apa. Tukang sayur itu hanya bilang kepada pengendara motor itu untuk hati-hati.
Kali ini, ku injak pedal dua kali lipat dari semula. Ku melesat bagai angin. Tak ada yang bisa menghalangiku. Ku lihat dari kejauhan ada sebuah pembatas. Ternyata jalan tersebut ditutup, karena sedang ada perbaikan. “Sial, kenapa disaat penting seperti ini,” pikirku.
Lan
... baca selengkapnya di Berbagai Rintangan Menuju Sekolah Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Selasa, 18 November 2014
Kho Ping Hoo - BKS#16 - Si Tangan Sakti
Menentukan Tujuan Hidup
Berani Saja Tidak Cukup
Senin, 17 November 2014
Wiro Sableng #71 : Bujang Gila Tapak Sakti
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
SATU
Angin malam bertiup dingin. Tanpa desau dan tak mampu menimbulkan suara gemerisik pada daun-daun pepohonan di puncak gunung Mahameru. Biasanya kesunyian yang dibalut udara dingin ini akan berlangsung sampai menjelang pagi ketika burung-burung atau binatang hutan lainnya mulai mengeluarkan suara menyongsong terbitnya sang surya. Namun sekali ini baru saja beberapa saat lewat tengah malam tiba-tiba kesunyian dipecahkan oleh langkah-langkah aneh yang datang dari lereng sebelah selatan. Suara itu bukan suara kaki-kaki kuda. Di antara suara langkah yang terus menurut itu sesekali terdengar suara orang tertawa. Manusia gila dari mana yang tertawa di malam buta di puncak gunung yang gelap dan dingin begitu rupa?
Suara dalam kegelapan itu bergerak ke arah puncak gunung. Tak lama kemudian samar-samar kelihatan satu pemandangan yang sulit dipercaya. Suara langkah-langkah kaki tadi ternyata adalah suara langkah kaki seekor keledai bertubuh pende
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #71 : Bujang Gila Tapak Sakti - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Jumat, 14 November 2014
Write and Grow Rich
Selasa, 11 November 2014
Wiro Sableng #143 : Perjanjian Dengan Roh
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : PERJANJIAN DENGAN ROH
DALAM kegelapan dan dinginnya udara malam, Djaka Tua tambatkan kudanya di batang pohon kelapa. Debur ombak serta deru tiupan angin laut selatan terdengar sambung-menyambung tak berkeputusan. Lelaki berusia lebih setengah abad ini memandang dulu ke arah laut luas sebelum melangkah menuju gundukan batu membentuk bukit terjal setinggi sepuluh tombak dan panjang hampir tigaratus kaki di samping kirinya. Walau sebelumnya cuma satu kali datang ke tempat itu namun Djaka Tua masih ingat jalan yang harus diambil. Di malam gelap tidak mudah menyusuri lamping bukit batu terjal serta licin terkikis angin mengandung garam. Sesekali dia dikejutkan oleh suara kepak sayap kelelawar yang terbang rendah.
Djaka Tua adalah pembantu di rumah seorang pejabat tinggi yang diam di pinggiran Kotaraja. Nama sebenarnya Akik Sukro namun karena sampai usia limapuluh tahun lebih dia belum beristri, teman-teman memanggilnya Djaka Tua. Tidak kawinnya Akik Sukro mungkin karena cacat yang dideritanya sejak kecil yaitu dia memiliki sebuah punuk di belakang leher sehingga tidak ada perempuan yang suka padanya walau sehari-hari dia adalah seorang lelaki baik budi pekerti dan tutur bicaranya.
Langkah Djaka Tua terhenti ketika hidungnya mencium bau kemenyan. Ada rasa merinding namun juga rasa lega karena bau kemenyan itu menandakan tanda orang yang dicarinya berada di dalam goa di lamping bukit sebelah bawah. Untuk mencapai goa yang dikenal dengan nama Goa Girijati itu bukan hal yang mudah. Sekali kaki terpeleset tak ampun lagi Djaka Tua akan jatuh dari lamping bukit batu, ditunggu hamparan batu-batu cadas lancip di bawah sana.
Bau kemenyan semakin santar. Sejarak duapuluh langkah di depannya Djaka Tua melihat satu cegukan di bukit batu. Di dalam cegukan samar-samar ada cahaya tak begitu ter
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #143 : Perjanjian Dengan Roh - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Jumat, 07 November 2014
Kendal(i) Atas Kendal(a) Diri
Selasa, 04 November 2014
NEVER EVER GIVE UP!
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Senin, 03 November 2014
KASIH SAYANG SEORANG IBU
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Nasib Seekor Burung
Sambil menggenggam seekor burung kecil dalam kepakan tangannya, seorang anak datang menghadap seorang kakek. Kakek ini amat terkenal tidak hanya di daerahnya, tetapi bahkan pula di seluruh pelosok negri. Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang yang baik dan cerdas, namun lebih dari itu ia dipandang sebagai seorang yang amat bijaksana. Setiap kali berhadapan dengan persoalan yang paling rumit sekalipun, ia pasti akan mampu keluar dengan ide-ide yang cemerlang.
Anak kecil itu berdiri di hadapan kakek tua dan secara saksama memperhatikannya. Dalam hatinya ia berpikir bahwa saat ini akan berakhirlah reputasi bapak tua itu sebagai seorang bijak, karena ia amat yakin bahwa si kakek itu tak akan mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Setelah cukup lama memperhatikan kakek itu, dan sambil mengangkat tangannya yang tergenggam, anak itu mengajukan sebuah pertanyaan;
?Kakek yang bijaksana; katakanlah kepadaku, apakah burung kecil yang ada dalam genggaman tanganku ini masih hidup atau telah mati?? Anak itu berpikir, kalau dijawab sudah mati, maka ia akan melepaskan burung yang masih hidup dalam genggaman tangannya itu terbang. Sebaliknya, bila dijawab masih hidup maka ia akan meremuk keras burung tersebut hingga mati. Dengan itu pak tua tersebut akan kehilangan nama baiknya.
Anak itu semakin tidak sabar menanti, karena kakek tua tersebut tidak segera memberikan jawabannya. Setelah agak lama berpikir, kakek tua itu berkata;
... baca selengkapnya di Nasib Seekor Burung - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Sabtu, 01 November 2014
5 EKOR MONYET
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1